Memilih Untuk Menang

"Some people think that it's holding on that makes one strong, Sometimes it's letting go." (Anonymous)


Ironi kehidupan adalah kita tidak selalu mendaptkan apa yang diinginkan. Setelah menentukan pilihan pun, keragu-raguan kadang menghadang di depan mata, membayangi hidup seakan ingin memastikan bahwa keputusan yang baru saja dipilih itu salah, tergoda oleh godaan salah atau benar, tidak pernah yakin mana yang tepat.


Katanya, ketika berhadapan dengan membuat sebuah keputusan, laki-laki bisa lebih logis ketimbang perempuan yang sering lebih mengandalkan perasaan. Dalam kasus saya, saya lakukan apa yang pada umumnya perempuan lakukan. Bingung, sedih, marah, kecewa dicampur aduk dalam dada. Pikiran meloncat kesana kemari mengikuti dorongan emosi. Ketika akhirnya hati mulai kelelahan dan menyerah, sisi maskulin saya baru bicara, dan kemudian mambimbing saya untuk segara mulai memilih dengan logika.


Dan pada akhirnya, Saya memang lebih memilih untuk 'menyerah'.


I surrender, but not give up.


Maybe because love is not a must, a win or lose situation, a right or wrong decision, a calculative mathematical stuff or something that is taken for granted. Maybe it's because it's all bout intuition. The victims (whoever that might be) didn't do anything to deserve it.


Well, I hope it's not a denial. I consider as good news for me...


Life is to choose!

No comments: