Showing posts with label Daily Inspiration. Show all posts
Showing posts with label Daily Inspiration. Show all posts
It's important to have more information before you say "no".

It's even more important to have that information before you say "yes".

Cek & Ricek

by on December 24, 2010
It's important to have more information before you say "no". It's even more important to have that information before yo...

Women are like apples on trees. The best ones are at the top of the tree.


The men don't want to reach for the good ones because they are afraid of falling and getting hurt. Instead, they just get the rotten apples from the ground that aren't as good, but easy.


So the apples at the top think something is wrong with them. when in reality, THEY'RE amazing. They just have to wait for the right man to come along, the one who's brave enough to climb all the way to the top of the tree.

APPLES

by on December 13, 2010
Women are like apples on trees. The best ones are at the top of the tree. The men don't want to reach for the good ones because they ar...

"… I don't understand a God who would let us met if there is no way we could be together…" (City of Angels)

Jika segalanya begitu mudah untuk dimengerti, maka sejatinya kehidupan itu telah berakhir tanpa makna.

Mungkin memang dibutuhkan satu 'sentuhan malaikat' agar rela melepaskan segala 'rasa'...

Ikhlas...

Touched by An Angel

by on December 05, 2010
"… I don't understand a God who would let us met if there is no way we could be together…" (City of Angels) Jika segalanya beg...
If...we can cry at happiness,

We shall laugh at pain.


Diambil dari Novel Pakistan,

Judul "Cinta yang terlambat"
Penulis: Dr. Ikram Abidi.

Kenapa kita menutup mata kita ketika kita tidur?
ketika kita menangis?
ketika kita membayangkan ?

itu karena hal terindah di dunia ini tidakterlihat...Ketika kita menemukan seseorang yang keunikannya SEJALAN dengan kita...kita bergabung dengannya dan jatuh ke dalam suatukeindahan yang serupa yang dinamakan CINTA

Ada hal-hal yang tidak ingin kita lepaskan. Orang-orang yang tidak ingin kita tinggalkan....tapi ingatlah.......melepaskan BUKAN akhir dari dunia,Melainkan awal kehidupan baruKebahagiaan ada untuk mereka yang menangis, mereka yang telah mencari.....dan mereka yang telah mencobaKarena MEREKALAH yang bisa menghargai betapa pentingnya orang yang telah menyentuh kehidupan mereka.....CINTA yang AGUNG?adalah ketika kamu menitikkan air mata dan, MASIH peduli terhadapnya...adalah ketika dia tidak mempedulikanmu dan kamu MASIH menunggunya dengan setia adalah ketika dia mulai mencintai yang lain dan kamu MASIH bisa tersenyum sembari berkata 'Aku turut
berbahagia untukmu

'Apabila cinta tidak berhasil....BEBASKAN dirimu. Biarkan hatimu kembali melebarkan sayapnya dan terbang ke alam bebas LAGI. Ingatlah.... bahwa kamu mungkin menemukan cinta dan kehilangannya...tapi ketika cinta itu mati, kamu tidak perlu mati bersamanya....Orang terkuat BUKAN mereka yang selalu menang, MELAINKAN mereka yang tetap tegar ketika mereka jatuh Entah bagaimana dalam perjalanan kehidupan, kamu belajar tentang dirimu sendiri dan menyadari bahwa penyesalan tidak seharusnya ada HANYALAH penghargaan abadi atas pilihan-pilihan kehidupan yang telah kau buat.

TEMAN SEJATI...mengerti ketika kamu berkata 'aku lupa....' menunggu selamanya ketika kamu berkata 'tunggu sebentar' tetap tinggal ketika kamu berkata 'tinggalkan aku sendiri'membuka pintu meski kamu belum mengetuk dan berkata 'bolehkah saya masuk?'

MENCINTAI.....Bukanlah bagaimana kamu melupakan, melainkan bagaimana kamu memaafkan. Bukanlah bagaimana kamu mendengarkan, melainkan bagaimana kamu mengertiBukanlah apa yang kamu lihat, melainkan apa yang kamu rasakan. Bukanlah bagaimana kamu melepaskan, melainkan bagaimana kamu bertahan Lebih berbahaya mencucurkan air mata dalam hati dibandingkan menangis tersedu-sedu. Air mata yang keluar dapat dihapus, sementara airmata yang tersembunyi menggoreskan luka yang tidak akan pernah hilang....
Dalam urusan cinta, kita SANGAT JARANG menang.....tapi ketika cinta itu TULUS,meskipun kalah, kita tetep MENANGhanya karena kamu berbahagia........dapat mencintai seseorang......LEBIH dari kamu mencintai dirimu sendiri.....Akan tiba saatnya dimana kita harus berhenti mencintai seseorangBUKAN karena orang itu berhenti mencintai kita,MELAINKAN karena kita menyadari bahwa orang itu akan lebih berbahagia apabila kita melepaskannyaKadang kala, orang yang kamu cintaiadalah orang yang PALING menyakiti hatimudan kadang kala, teman yang menangis bersamamu adalah cinta yang tidak kamu sadari

Cinta itu tak terlihat

by on September 04, 2008
Diambil dari Novel Pakistan, Judul "Cinta yang terlambat" Penulis: Dr. Ikram Abidi. Kenapa kita menutup mata kita ketika kita...
[Ode untuk para ayah]

Subuh tadi saya melewati sebuah rumah, 50 meter dari rumah saya dan melihat seorang isteri mengantar suaminya sampai pagar depan rumah.
"Yah, beras sudah habis loh..." ujar isterinya. Suaminya hanya tersenyum dan bersiap melangkah, namun langkahnya terhenti oleh panggilan anaknya dari dalam rumah, "Ayah..., besok Agus harus bayar uang praktek".
"Iya..." jawab sang Ayah. Getir terdengar di telinga saya, apalah lagi bagi lelaki itu, saya bisa menduga langkahnya semakin berat.

Ngomong-ngomong, saya jadi ingat pesan anak saya semalam, "besok beliin lengkeng ya" dan saya hanya menjawabnya dengan "Insya Allah" sambil berharap anak saya tak kecewa jika malam
nanti tangan ini takberjinjing buah kesukaannya itu.

Di kantor, seorang teman menerima SMS nyasar,"jangan lupa, pulang beliin susu Nadia ya". Kontan saja SMS itu membuat teman saya bingung dan sedikit berkelakar, "ini, anak siapa minta susunya ke siapa".
Saya pun sempat berpikir, mungkin jika SMS itu benar-benar sampai ke nomor sang Ayah, tambah satu gundah lagi yang bersemayam. Kalau tersedia cukup uang di kantong, tidaklah masalah.
Bagaimana jikasebaliknya?

Banyak para Ayah setiap pagi membawa serta gundah mereka, mengiringisetiap langkah hingga ke kantor. Keluhan isteri semalam tentang uang belanja yang sudah habis, bayaran sekolah anak yang tertunggak sejak bulan lalu, susu si kecil yang tersisa di sendok terakhir, bayar tagihan listrik, hutang di warung tetangga yang mulai sering mengganggu tidur, dan segunung gundah lain yang kerap membuatnya terlamun.

Tidak sedikit Ayah yang tangguh yang ingin membuat isterinya tersenyum, meyakinkan anak-anaknya tenang dengan satu kalimat, "Iya,nanti semua Ayah bereskan" meski dadanya bergemuruh kencang dan otaknya berputar mencari jalan untuk janjinya membereskan semua
gundah yang ia genggam.

Maka sejarah pun berlangsung, banyak para Ayah yang berakhir di tali gantungan tak kuat menahan beban ekonomi yang semakin menjerat cekat lehernya. Baginya, tali gantungan tak bedanya dengan jeratan hutang dan rengekan keluarga yang tak pernah bisa ia sanggupi. Sama-sama menjerat, bedanya, tali gantungan menjerat lebih cepat dan tidak perlahan-lahan.

Tidak sedikit para Ayah yang membiarkan tangannya berlumuran darah sambil menggenggam sebilah pisau mengorbankan hak orang lain demi menuntaskan gundahnya. Walau akhirnya ia pun harus berakhir di dalam penjara. Yang pasti, tak henti tangis bayi di rumahnya, karena susu
yang dijanjikan sang Ayah tak pernah terbeli.

Tak jarang para Ayah yang terpaksa menggadaikan keimanannya, menipu rekan sekantor, mendustai atasan dengan memanipulasi angka-angka, atau berbuat curang di balik meja teman sekerja.Isteri dan anak-anaknya tak pernah tahu dan tak pernah bertanya dari mana uang yang
didapat sang Ayah. Halalkah? Karena yang penting teredam sudah gundah hari itu.

Teramat banyak para isteri dan anak-anak yang setia menunggu kepulangan Ayahnya, hingga larut yang ditunggu tak juga kembali.Sementara jauh disana, lelaki yang isteri dananak-anaknya setia menunggu itu telah babak belur tak berkutik, hancur meregang nyawa,
menahan sisa-sisa nafas terakhir setelah dihajar massa yang geram oleh aksi pencopetan yang dilakukannya. Sekali lagi, ada yang rela menanggung resiko ini demi segenggam gundah yang
mesti ia tuntaskan.

Sungguh, diantara sekian banyak Ayah itu, saya teramat salut dengan sebagian Ayah lain yang tetap sabar menggenggam gundahnya, membawanya kembali ke rumah, menyertakannya dalam mimpi,
mengadukannya dalam setiap sujud panjangnya di pertengahan malam, hingga membawanya kembali bersama pagi. Berharap ada rezeki yang Allah berikan hari itu, agar tuntas satu persatu undah yang masih ia genggam. Ayah yang ini, masih percaya bahwa Allah takkan membiarkan hamba-Nya berada dalam kekufuran akibat gundah-gundah yang tak pernah usai.

Para Ayah ini, yang akan menyelesaikan semua gundahnya tanpa harus menciptakan gundah baru bagi keluarganya. Karena ia takkan menuntaskan gundahnya dengan tali gantungan, atau
dengan tangan berlumur darah, atau berakhir di balik jeruji pengap, atau bahkan membiarkan seseorang tak dikenal membawa kabar buruk tentang dirinya yang hangus dibakar massa setelah tertangkap basah mencopet.

Dan saya, sebagai Ayah, akan tetap menggenggam gundah saya dengan senyum. Saya yakin, Allah suka terhadap orang-orang yang tersenyum dan ringan melangkah di balik semua keluh dan
gundahnya. Semoga.

Segenggam Gundah

by on June 22, 2008
[Ode untuk para ayah] Subuh tadi saya melewati sebuah rumah, 50 meter dari rumah saya dan melihat seorang isteri mengantar suaminya sampai...
Be Strong enough to face the world each day
Be weak enough to know you can not do everything alone
Be generous to those who need your help
Be frugal with what you need yourself
Be wise enough to know that you do not know everything
Be foolish enough to believe in miracles
Be willing to share your joys
Be willing to share the sorrows of others
Be a leader when you see a path others have missed
Be a follower when you are shrouded in the midst of uncertainty
Be the first to congratulate an opponent who succeds
Be the last to critize a colleague who fail
Be sure when your next step will fall, so that you will not stamble
Be sure of your final destination in case you are going the wrong way.
Be loving to those who dont love you, and they may change
Above all,
justbe yourself ^_^

Just be...

by on June 05, 2008
Be Strong enough to face the world each day Be weak enough to know you can not do everything alone Be generous to those who need your help...
Seorang guru sufi mendatangi seorang muridnya ketika wajahnya belakangan ini selalu tampak murung. "Kenapa kau selalu murung, nak? Bukankah banyak hal yang indah di dunia ini? Ke mana perginya wajah bersyukurmu?" sang Guru bertanya.
"Guru, belakangan ini hidup saya penuh masalah. Sulit bagi saya untuk tersenyum. Masalah datang seperti tak ada habis habisnya, " jawab sang murid muda.- Sang Guru terkekeh.
"Nak, ambil segelas air dan dua genggam garam. Bawalah kemari. Biar kuperbaiki suasana hatimu itu.
" Si murid pun beranjak pelan tanpa semangat. Ia laksanakan permintaan gurunya itu, lalu kembali lagi membawa gelas dan garam sebagaimana yang diminta.
"Coba ambil segenggam garam, dan masukkan ke segelas air itu," kata Sang Guru.
"Setelah itu coba kau minum airnya sedikit." Si murid pun melakukannya. Wajahnya kini meringis karena meminum air asin.
"Bagaimana rasanya?" tanya Sang Guru.
"Asin, dan perutku jadi mual," jawab si murid dengan wajah yang masih meringis. Sang Guru terkekeh-kekeh melihat wajah muridnya yang meringis keasinan.
"Sekarang kau ikut aku." Sang Guru membawa muridnya ke danau di dekat tempat mereka. "Ambil garam yang tersisa, dan tebarkan ke danau." Si murid menebarkan segenggam garam yang tersisa ke danau, tanpa bicara. Rasa asin di mulutnya belum hilang. Ia ingin meludahkan rasa asin dari mulutnya, tapi tak dilakukannya. Rasanya tak sopan meludah di hadapan mursyid, begitu pikirnya.
"Sekarang, coba kau minum air danau itu," kata Sang Guru sambil mencari batu yang cukup datar untuk didudukinya, tepat di pinggir danau. Si murid menangkupkan kedua tangannya, mengambil air danau, dan membawanya ke mulutnya lalu meneguknya. Ketika air danau yang dingin dan segar mengalir di tenggorokannya, Sang Guru bertanya kepadanya, "Bagaimana rasanya?"
"Segar, segar sekali," kata si murid sambil mengelap bibirnya dengan punggung tangannya. Tentu saja, danau ini berasal dari aliran sumber air di atas sana. Dan airnya mengalir menjadi sungai kecil di bawah. Dan sudah pasti,air danau ini juga menghilangkan rasa asin yang tersisa di mulutnya.
"Terasakah rasa garam yang kau tebarkan tadi?"
"Tidak sama sekali," kata si murid sambil mengambil air dan meminumnya lagi. Sang Guru hanya tersenyum memperhatikannya, membiarkan muridnya itu meminum air danau sampai puas.
"Nak," kata Sang Guru setelah muridnya selesai minum.
"Segala masalah dalam hidup itu seperti segenggam garam. Tidak kurang, tidak lebih. Hanya segenggam garam. Banyaknya masalah dan penderitaan yang harus kau alami sepanjang kehidupanmu itu sudah dikadar oleh Allah, sesuai untuk dirimu. Jumlahnya tetap, segitu-segitu saja, tidak berkurang dan tidak bertambah. Setiap manusia yang lahir ke dunia ini pun demikian. Tidak ada satu pun manusia, walaupun dia seorang Nabi, yang bebas dari penderitaan dan masalah." Si murid terdiam, mendengarkan.
"Tapi Nak, rasa `asin' dari penderitaan yang dialami itu sangat tergantung dari besarnya 'qalbu'(hati) yang menampungnya. Jadi Nak, supaya tidak merasa menderita, berhentilah jadi gelas. Jadikan qalbu dalam dadamu itu jadi sebesar danau."

Berhentilah jadi gelas

by on June 01, 2008
Seorang guru sufi mendatangi seorang muridnya ketika wajahnya belakangan ini selalu tampak murung. "Kenapa kau selalu murung, nak? Buka...
Tuhan yang Mahabaik memberi kita ikan, tetapi kita harus mengail untuk mendapatkannya. Demikian juga Jika kamu terus menunggu waktu yang tepat, mungkin kamu tidak akan pernah mulai. Mulailah sekarang... mulailah di mana kamu berada sekarang dengan apa adanya. Jangan pernah pikirkan kenapa kita memilih seseorang untuk dicintai, tapi sadarilah bahwa cintalah yang memilih kita untuk mencintainya.

Perkawinan memang memiliki banyak kesusahan, tetapi kehidupan lajang tidak memiliki kesenangan. Buka mata kamu lebar-lebar sebelum menikah, dan biarkan mata kamu setengah terpejam sesudahnya. Menikahi wanita atau pria karena kecantikannya atau ketampanannya sama seperti membeli rumah karena lapisan catnya. Harta milik yang paling berharga bagi seorang pria di dunia ini adalah ... hati seorang wanita.

Begitu juga Persahabatan, persahabatan adalah 1 jiwa dalam 2 raga. Persahabatan sejati layaknya kesehatan, nilainya baru kita sadari setelah kita kehilangannya. Seorang sahabat adalah yang dapat mendengarkan lagu didalam hatimu dan akan menyanyikan kembali tatkala kau lupa akan bait-baitnya. Sahabat adalah tangan Tuhan untuk menjaga Kita.

Rasa hormat tidak selalu membawa kepada persahabatan, tapi Jangan pernah menyesal untuk bertemu dengan orang lain... tapi menyesal-lah jika orang itu menyesal bertemu dengan kamu. Bertemanlah dengan orang yang suka membela kebenaran. Dialah hiasan dikala kamu senang dan perisai diwaktu kamu susah. Namun kamu tidak akan pernah memiliki seorang teman, jika kamu mengharapkan seseorang tanpa kesalahan. Karena semua manusia itu baik kalau kamu bisa melihat kebaikannya dan menyenangkan kalau kamu bisa melihat keunikannya tapi semua manusia itu akan buruk dan membosankan kalau kamu tidak bisa melihat keduanya.

Begitu juga Kebijakan, Kebijakan itu seperti cairan, kegunaannya terletak pada penerapan yang benar, orang pintar bisa gagal karena ia memikirkan terlalu banyak hal, sedangkan orang bodoh sering kali berhasildengan
melakukan tindakan tepat. Dan Kebijakan sejati tidak datang dari pikiran kita saja, tetapi juga berdasarkan pada perasaan dan fakta. Tak seorang pun sempurna. Mereka yang mau belajar dari kesalahan adalah bijak. Menyedihkan melihat orang berkeras bahwa mereka benar meskipun terbukti salah. Apa yang berada di belakang kitadan apa yang berada di depan kita adalah perkara kecil berbandingdengan apa yang berada di
dalam kita. Kamu tak bisa mengubah masa lalu.... tetapi dapat menghancurkan masa kini dengan mengkhawatirkan masa depan.

Bila Kamu mengisi hati kamu ..... dengan penyesalan untuk masa lalu dan kekhawatiran untuk masa depan, Kamu tak memiliki hari ini untuk kamu syukuri. Jika kamu berpikir tentang hari kemarin tanpa rasa penyesalan
dan hari esok tanpa rasa takut, berarti kamu sudah berada dijalan yang benar menuju sukses.

To all my friends and family - even though I don't
write often, I do think about you... so I'm sending you a small new dailyprayer Love ya

***

There was once a man and woman who had been married for more than 60 years.
They had shared everything. They had talked about everything. They had kept no secrets from each other except that the little old woman had a shoe box in the top of her closet that she had cautioned her husband never to open or ask her about.

For all of these years, he had never thought about the box, but one day the little old woman got very sick and the doctor said she would not recover. In trying to sort out their affairs, the little old man took down the shoe box and took it to his wife's bedside. She agreed that it was time that he should know what was in the box.

When he opened it, he found two crocheted dolls and a stack of money totaling $25,000. He asked her about the contents. "When we were to be married," she said, "my grandmother told me the secret of a happy marriage was to never argue. She told me that if I ever got angry with you, I should just keep quiet and crochet a doll." The little old man was so moved, he had to fight back tears. Only two precious dolls were in the box. She had only been angry with him two times in all those years of living and loving. He almost burst with happiness.

"Honey," he said, "that explains the dolls, but what about all of this money? Where did it come from?"

"Oh," she said, "that's the money I made from selling the dolls." Women will love this...

A Prayer.......
Dear Lord, I pray for Wisdom to understand my man;
Love to forgive him;
and Patience for his moods;

Because Lord, if I pray
for Strength, I'll beat
him to death. Amen!

True Happiness

by on January 22, 2008
To all my friends and family - even though I don't write often, I do think about you... so I'm sending you a small new dailyprayer ...

* Tidak selalu harus berwujud bunga *


Suami saya adalah seorang insinyur, saya mencintai sifatnya yang alami dan saya menyukai perasaan hangat yang muncul di hati saya ketika saya bersandar di bahunya yang bidang. Tiga tahun dalam masa perkenalan, dan dua tahun dalam masa pernikahan, saya harus akui, bahwa saya mulai merasa lelah, alasan2 saya mencintainya dulu telah berubah menjadi sesuatu yang menjemukan. Saya seorang wanita yang sentimentil dan benar2 sensitif serta berperasaan halus. Saya merindukan saat-saat romantis seperti seorang anak yang menginginkan permen. Tetapi semua itu tidak pernah saya dapatkan. Suami saya jauh berbeda dari yang saya harapkan. Rasasensitif-nya kurang. Dan ketidakmampuannya dalam menciptakan suasana yang romantis dalam pernikahan kami telah mementahkan semua harapan saya akan cinta yang ideal.

Suatu hari, saya beranikan diri untuk mengatakan keputusan saya kepadanya, bahwa saya menginginkan perceraian. "Mengapa ?", dia bertanya dengan terkejut. "Saya lelah, kamu tidak pernah bisa memberikan cinta yang saya inginkan".

Dia terdiam dan termenung sepanjang malam di depan komputernya, tampak seolah-olah sedang mengerjakan sesuatu, padahal tidak. Kekecewaan saya semakin bertambah, seorang pria yang bahkan tidak dapat mengekspresikan perasaannya, apalagi yang bisa saya harapkan darinya ?

Dan akhirnya dia bertanya, "Apa yang dapat saya lakukan untuk merubah pikiranmu ?".

Saya menatap matanya dalam-dalam dan menjawab dengan pelan, "Saya punya pertanyaan, jika kau dapat menemukan jawabannya di dalam hati saya, saya akan merubah pikiran saya : Seandainya, saya menyukai setangkai bunga indah yang ada di tebing gunung dan kita berdua
tahu jika kamu memanjat gunung itu, kamu akan mati. Apakah kamu akan melakukannya untuk saya ?"

Dia termenung dan akhirnya berkata, "Saya akan memberikan jawabannya besok".

Hati saya langsung gundah mendengar responnya. Keesokan paginya, dia tidak ada dirumah, dan saya menemukan selembar kertas dengan coret2an tangannya dibawah sebuah gelas yang berisi susu hangat yang bertuliskan ........
"Sayang, saya tidak akan mengambil bunga itu untukmu, tetapi ijinkan saya untuk menjelaskan alasannya ........... ...."

Kalimat pertama ini menghancurkan hati saya. Saya melanjutkan untuk membacanya.
"Kamu biasa mengetik di komputer dan selalu mengacaukan program di PC saya dan akhirnya menangis di depan monitor, saya harus memberikan jari2 saya supaya bisa membantumu dan
memperbaiki programnya".
"Kamu selalu lupa membawa kunci rumah ketika kamu keluar rumah, dan saya harus memberikan kaki saya supaya bisa mendobrak pintu, dan membukakan pintu untukmu ketika pulang".
"Kamu suka jalan-2 ke luar kota tetapi selalu nyasar di tempat-tempat baru yang kamu kunjungi, saya harus menunggu di rumah agar bisa memberikan mata saya untuk mengarahkanmu".
"Kamu selalu pegal2 pada waktu 'teman baikmu' datang setiap bulannya, dan saya harus memberikan tangan saya untuk memijat kakimu yang pegal".
"Kamu senang diam di rumah, dan saya selalu kuatir kamu akan menjadi 'aneh'. Dan harus membelikan sesuatu yang dapat menghiburmu di rumah atau meminjamkan lidahku untuk menceritakan hal-hal lucu yang aku alami".
"Kamu selalu menatap komputermu, membaca buku dan itu tidak baik untuk kesehatan katamu, saya harus menjaga mata saya agar ketika kita tua nanti, saya masih dapat menolong
mengguntingkan kukumu dan mencabuti ubanmu".
"Tanganku akan memegang tanganmu, membimbingmu menelusuri pantai, menikmati matahari pagi dan pasir yang indah. Menceritakan warna2 bunga yang bersinar dan indah seperti
cantiknya wajahmu".
"Tetapi sayangku, saya tidak akan mengambil bunga itu untuk mati. Karena, saya tidak sanggup melihat air matamu mengalir menangisi kematianku".
"Sayangku, saya tahu, ada banyak orang yang bisa mencintaimu lebih dari saya mencintaimu".
"Untuk itu sayang, jika semua yang telah diberikan tanganku, kakiku, mataku tidak cukup agimu, aku tidak bisa menahan dirimu mencari tangan, kaki, dan mata lain yang dapat membahagiakanmu".

Air mata saya jatuh ke atas tulisannya dan membuat tintanya menjadi kabur, tetapi saya tetap berusaha untuk terus membacanya. "Dan sekarang, sayangku, kamu telah selesai membaca jawaban saya.
Jika kamu puas dengan semua jawaban ini, dan tetap menginginkanku untuk tinggal di rumah ini, tolong bukakan pintu rumah kita, saya sekarang sedang berdiri disana menunggu jawabanmu".
"Jika kamu tidak puas, sayangku, biarkan aku masuk untuk membereskan barang-barangku, dan aku tidak akan mempersulit hidupmu. Percayalah, bahagiaku adalah bila kau bahagia".

Saya segera berlari membuka pintu dan melihatnya berdiri di depan pintu dengan wajah penasaran sambil tangannya memegang susu dan roti kesukaanku. Oh, kini saya tahu, tidak ada orang yang pernah mencintai saya lebih dari dia mencintaiku.

Itulah cinta, di saat kita merasa cinta itu telah berangsur-angsur hilang dari hati kita karena kita
merasa dia tidak dapat memberikan cinta dalam wujud yang kita inginkan, maka cinta itu sesungguhnya telah hadir dalam wujud lain yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya.

Seringkali yang kita butuhkan adalah memahami wujud cinta dari pasangan kita, dan bukan mengharapkan wujud tertentu. Karena cinta tidak selalu harus berwujud "bunga".
--

SEVEN DEADLY SINSby MAHATMA GANDHI

WEALTH without WORK

POLITICS without PRINCIPLE

BUSINESS without MORALITY

SCIENCE without HUMANITY

PLEASURE without CONSCIENCE

KNOWLEDGE without CHARACTER

WORSHIP without SACRIFICE

** Diambil dari halaman pertama buku "Belajar TiadaHenti" oleh Alm. Cacuk Sudarijanto.


Seven Deadly Sins

by on July 19, 2007
SEVEN DEADLY SINSby MAHATMA GANDHI WEALTH without WORK POLITICS without PRINCIPLE BUSINESS without MORALITY SCIENCE without HUMANITY PLEASUR...
Hardi, seorang pedagang kelontong yang cukup berhasil di kotanya. Namun jangan lihat keberhasilannya sekarang sebelum tahu faktor apa yang menjadi penyebab usahanya maju dan lancar.Setahun yang lalu, Hardi mengadukan nasibnya kepada guru ngajinya. Ia mengaku sudah lebih sebelas tahun mencoba berbagai usaha namun selalu kandas di tengah jalan.
Usaha pertamanya sudah dimulai saat ia baru memasuki kuliah tingkat dua, sekitar tahun 1994. Saat itu, ia mendapat pembagian warisan dari orangtuanya yang belum lama meninggal dunia. Jiwa bisnisnya memang sudah terlihat semenjak kecil, jadi wajar jika kemudian ia mendapatkan uang warisan dalam jumlah yang cukup banyak, maka yang terbersit di kepalanya adalah bisnis.
Maka, beberapa bulan kemudian ia membuka sebuah warung makan. Mulanya, warung makannya berjalan normal, bahkan bisa dibilang sangat laku keras. Mungkin karena ia melakukan promosi sangat gencar, selain karena ia termasuk anak muda yang memiliki cukup banyak relasi meski pun usianya masih sangat muda. Jadi sangat mudah baginya untuk mengundang sahabat, kerabat dan relasinya untuk sekadar mencicipi warung makan miliknya.
Entah kenapa, selang tiga bulan kemudian satu persatu pelanggan meninggalkannya. Tak banyak lagi yang makan di warungnya, sehingga dalam waktu tak berapa lama ia terpaksa menutup usahanya dan gulung tikar. Ia pun berganti usaha yang lain dengan sisa modal yang ada.Usaha barunya, tak jauh berbeda dengan sebelumnya. Masih seputar makanan. Kali ini ia membuka usaha catering yang melayani makan untuk kantor-kantor di kota tinggalnya. Alhamdulillah ia dipercaya seorang rekannya yang bekerja di sebuah perusahaan untuk memasukkan catering untuk makan siang beberapa karyawan.
Untuk sebuah awalan, catering untuk sekitar 20 karyawan dianggapnya bagus. “Mulanya 20, insya Allah menjadi 200, 2000 dan seterusnya…” semangat Hardi berapi-api. Alih- alih bertambah pelanggan, rupanya Allah berkehendak lain. Yang 20 pun menyetop langganan catering kepada Hardi, sementara selama satu bulan penuh itu ia belum mendapatkan pelanggan baru. Akhirnya, ia pun kembali mengalami kebangkrutan. Demikian seterusnya hingga lebih sepuluh tahun kemudian ia berganti jenis usaha selalu menemui kegagalan.
Pada satu kesempatan ia mengadukan perihal kegagalan demi kegagalan usahanya kepaada guru mengajinya. Ia menceritakan secara detil semua jenis usaha yang pernah dicobanya dan bagaimana sampai akhirnya semua usahanya gagal. “Saya harus usaha apalagi guru, saya sudah kehabisan modal. Bahkan saat ini saya memiliki hutang yang tidak sedikit…” keluhnya. Guru tersebut tak lantas memberikan jawaban dengan menyebut satu bentuk usaha baru yang patut dicoba Hardi, melainkan meminta Hardi mengingat-ingat sesuatu di masa lalu. “Coba ingat, pernah punya hutang atau tidak di masa lalu? Atau pernah punya sangkutan berkenaan dengan rezeki orang lain atau tidak di masa lalu…?” tanya sang guru.
Dahi Hardi mengerenyit, mencoba mengingat-ingat masa lampaunya. Rasa-rasanya ia tak pernah punya hutang kepada siapa pun, justru sebaliknya ia malah mengingat kembali daftar nama-nama yang pernah berhutang kepadanya. “Coba lebih keras mengingat, mungkin nilainya kecil, tapi boleh jadi itu yang menjadi penyumbat rezekimu…”
“Astaghfirullah… . “ Hardi teringat sesuatu. Ia pun segera menyalami sang guru dan mohon pamit seraya berucap terima kasih. Pria itu segera memacu kencang kendaraannya menuju suatu tempat. Dalam hati ia berharap cemas, “Semoga masih ada warung itu…”
Tidak kurang dari tiga belas jam waktu yang ditempuh Hardi menuju Semarang, mencari satu tempat yang pernah ia singgahi hampir dua belas tahun yang lalu. Tiba di tempat yang dituju, ia tidak menemukan lagi warung mie ayam tempatnya makan dahulu. Kemudian ia mencoba bertanya kepada orang-orang di sekitar perihal tukang mie yang pernah berjualan di situ.“Ya, tukang mie itu bapak saya. Sekarang sudah tidak berjualan lagi. Sekarang bapak sedang sakit parah…” seorang anak menceritakan ciri-ciri fisik penjual mie ayam itu, dan Hardi yakin sekali itu orang yang dicarinya.
Tanpa pikir panjang, ia minta diantarkan ke rumah penjual mie untuk bertemu langsung.Ketika melihat kondisi penjual mie, Hardi menitikkan air mata. Ia langsung meminta beberapa anggota keluara membopong penjual mie itu ke mobilnya dan segera membawanya ke rumah sakit. Alhamdulillah, jika tidak segera dibawa ke rumah sakit, mungkin penjual mie itu tidak akan tertolong. Seluruh biaya rumah sakit tercatat mencapai lima belas juta rupiah, dan semuanya ditanggung oleh Hardi.Beberapa hari kemudian, setelah kembali ke rumah, bapak penjual mie itu mengucapkan terima kasih kepada Hardi. “Bapak tidak tahu harus bagaimana mengembalikan uang biaya berobat itu kepada nak Hardi. Usaha dagang bapak sedang susah…”
Hardi berkali-kali mencium tangan Pak Atmo, penjual mie itu. Matanya tak henti menitikkan air mata, ia sedang berusaha menyatakan sesuatu, namun bibirnya terasa sangat berat. Akhirnya, “… semua sudah terbayar lunas pak. Saya hanya minta bapak mengikhlaskan semangkuk mie ayam yang pernah saya makan tanpa membayar dua belas tahun silam”, Hardi terus menangis berharap keikhlasan itu didapatnya.
Saat itu, sehabis makan ia langsung kabur memacu sepeda motornya dan tak membayar semangkuk mie seharga 1.500 rupiah.Pak Atmo memeluk erat tubuh Hardi dan mengusap-usap kepala pria muda itu seraya berucap, “Allah Maha Pemaaf, begitu pun semestinya kita…” ***