Showing posts with label Memoar. Show all posts
Showing posts with label Memoar. Show all posts
kita sudah saling mengenal.... berapa lama ya???
Tapi hanya pura-pura kenal. Karena aku tidak pernah sampai mengenalmu secara utuh. Ya, maksudku, kau bukan manusia nyata. Bukan berarti kau hantu atau sosok rekaan imajinasi belaka. kamu itu ada. Kamu itu nyata. Tapi kamu disana, dan aku di sini. Dan kita hanya terhubung pada dunia semu bernama jagat maya...
Satu yang aku ingat adalah, aku bertemu kamu ketika aku berusaha bangkit dari keterpurukan... berusaha mengisi sesuatu yang kosong pada sebagian diriku yang hilang... tanpa tahu dan mengira bahwa akhirnya aku akan menempatkan kamu sebagai pendengar setiaku... mendengar segala keluh kesah, kemarahan, kesedihan yang aku dapati setiap hari... Juga tak pernah berharap kamu akan berkata padaku untuk jangan pernah menyerah, hingga diam-diam aku tersenyum atau pura-pura tersenyum pada setiap kata-kata yang kau berikan padaku...

Kamu..

by on January 24, 2011
kita sudah saling mengenal.... berapa lama ya??? Tapi hanya pura-pura kenal. Karena aku tidak pernah sampai mengenalmu secara utuh. Ya, mak...
Alone?
Really?

Go anywhere alone, enjoying every minute by myself more usually go to somewhere new seeking different atmosphere. Sounds it's common though, but for me it is different. To avoid fatigue, people go somewhere quite to do their 'me-time' ritual. However sometimes they forget and often eliminate the essence of loneliness itself. They still considered the comfort factor as important part of their daily life. They couldn't merge each other with their surround because they don't want to loose exclusiveness. Consequently it affected the 'me-time' ritual to be feel more expensive.

It is sometimes true, but I think, there are other reasons that make the concept of being lonely is different. Walking into a new place, meet new people, learn new situation that different from everyday life... For me, it is the essence of being lonely. Because there is no willingness to understand us more than our own. We can go anywhere, eat, wear clothes, hanging out... Without the urge to debate the purpose itself. Being ourselves at that particular time is the essence of life joy without pretense to be control by neighborhood.

Introspection is the other reason of the concept being lonely. To review our mistakes, try to find a way out that not only through our thoughts, but rather to learn naturally from the environment. On one of my lonely journey, I  met an old lady. She is a fried rice seller where I step by to buy a lunch. We talking a light conversation. Once she thought me a lesson: "I work because a man must work. I was sick when do nothing. Being idled means be friends with the devil. There is always a thing that should be done if you will to look it. The point is, just make yourself useful everyday until you die...." She said as if she was philosophers.

Being closer to people feels like commemorate to the past that had closemouthed me. Alone when mix in that places makes it easier to blend. So, why being so fear to road by yourself. Just enjoy every single step you made.

"We're born alone, we live alone, we die alone. Only through our love and friendship can we create the illusion for the moment that we're not alone."
Orson Welles

I Like Being Alone, Sometime

by on January 07, 2011
Alone? Really? Go anywhere alone, enjoying every minute by myself more usually go to somewhere new seeking different atmosphere. Sounds it...
Mungkinkah bisa jatuh cinta pada seseorang yang tidak pernah ditemui sama sekali? Tertambatnya hati pada suatu pelabuhan cinta memang sesuatu hal yang tak terduga. Dan salah satunya melalui dunia maya.

Di jaman internet yang semakin canggih ini manusia sudah bisa memperluas jaringan pertemanannya tidak hanya dengan orang-orang di dunia nyata. Sekarang orang sudah cenderung merasa sudah 'gaul' apabila sudah punya akun di friendster, facebook, myspace, twitter dan lain sebagainya. Bahkan ukuran gaul seseorang bisa dilihat dari jumlah temannya yang ada di jejaring sosialnya, yang pada kenyataannya ebagian besar dari 'teman-teman' virtual itu justru sama sekali belum pernah ditemui di dunia nyata. Sekarang bahkan banyak orang yang sengaja memanfaatkan situs-situs jejaring sosial itu untuk mencari pasangan hidupnya. Dan banyak juga yang berhasil ternyata.

Setiap orang punya gambaran pasangan idamannya. lalu suatu ketika, mungkin saja ketika tengah bersosialisasi di Facebook tanpa sengaja 'bertemu' (tanpa tatap muka) dengan seseorang yang entah bagaimana masuk dalam kehidupan pribadi, dan ternyata 'klop' dengan sebagian dari idaman bawah sadar tadi. Kemudian lama-kelamaan jadi jatuh hati padanya dalam waktu yang singkat. Tepatnya suka pada kesan yang terasa atau tergambar dar apapun yang timbul dari interaksi maya itu.

Proses selaljutnya, adalah menebak dan menarik kesimpulan tentang karakter si dia, maka mulailah imajinasi itu datang. Dan imajinasi itu sangat dipengaruhi oleh keinginan, fantasi dan mimpi diri sendiri. Lambat laun imajinasi itu bisa mempengaruhi terus alam bawah sadar, seolah-olah seperti yang sudah benar-benar kenal baik denga si manusia virtual itu. Parahnya adalah ketika imajinasi itu semakin liar dan tak bisa dikendalikan hingga menganggap si pujaan hati dari dunia gaib itu telah benar-benar menjadi 'pacar' yang nyata.

Mungkin ini sebagaian dari apa yang disebut virtual reality. Tertipu oleh sesuatu yang tidak ada, tertipu oleh imajinasi yang dibangun sendiri. Di dunia maya, orang bebas melakukan peran apa saja. Mungkin saja sosok virtual seseorang di dunia maya bertolak belakang dengan gambaran ia yang sebenarnya. Dan akhir-akhir ini makin marak saja kejahatan yang terjadi akibat terlalu naifnya orang bergaul di internet. Dan kebanyakan korbannya adalah perempuan.

So the point is, ladies, be smart! Always be logical and realistic. Don't be insane by keeping you too attach to something you dramatize yourself.

Pesona Dunia Maya

by on January 02, 2011
Mungkinkah bisa jatuh cinta pada seseorang yang tidak pernah ditemui sama sekali? Tertambatnya hati pada suatu pelabuhan cinta memang sesuat...



Come and go...
Meet and apart...
Away and home...
Found and Lost...
Born and dead...

Every existence seem gather with un-existence as its opponent. When something come into as a beginning, its exclaim its end and maybe also its middle. When we move forward our first step it's mean we already take a far away into the middle, than still keep making a new beginning. Seem like never ending cycle.

And I stand in this crossroad, trying to reckoning which way I must prefer

Should I...
... come or should I go
... meet or should I apart...
... away or should I home...
... found should I lost...
... born or should I dead...
"sad thing in life is that sometimes you meet someone who means a lot to you only to find out in the end that it was never bound to be and you just have to let go". Anonymous


Saya terlahir sebagai 'blasteran' heterozigot hasil persilangan dua galur murni. Bapak saya seorang Jawa aseli, lahir dan besar di Solo. Ibu seorang sunda tulen asal dari Tasikmalaya. Menurut dongeng dari sodara-saodara dari pihak ibu ada sedikit turunan chinese, yang entah dari generasi keberapa. Yang pasti itu menyebabkan ada sebagian dari anggota keluarga kami yang berkulit cerah dan bermata sipit. Salah satunya adalah saya.

Sebagai produk dua kultur -yang berbeda tetapi tetap satu jua- sering saya menemukan hal-hal menarik yang kemudian saya banding-bandingkan antara satu dan yang lainnya. Tapi tidak pernah sampai pada kesimpulan bahwa pihak satu jauh lebih baik dari pihak lainnya. Dan kalau hasil akhirnya saya cenderung menjadi 'sunda pisan' itu tentu saja karena hampir seluruh hidup saya dihabiskan di tanah Pasundan.

Dari kedua budaya ini ada suatu kebiasaan budaya itung-itungan untuk menentukan hari-hari penting seperti hajatan, mendirikan rumah, mencari pekerjaan, dll. sesuatu yang masih sifatnya wajib-dipake-kalo-ga-kualat-lo- baik oleh pihak keluarga bapak maupun ibu. Padahal menurut saya secara rasional semua hari itu baik untuk melakukan hal apapun selama tidak disertai niat jahat. Dan karena punya pemikiran begini ibu saya sering bilang: "Ulah nyarios kitu, pamali" (Jangan ngomong begitu, pamali).

Maka ketika tengah ramai gosip di lingkungan tetangga tentang sepasang tetangga yang rumah tangganya berantakan, saya pun nyeletuk: "...tuh pan, mesing diutang-itung ge angger we buntung...". dan ibu saya pun tak kalah sengitnya membalas: "... ngitung itu sebagian dari ikhtiar..."

Baiklah bunda, saya tidak akan membantah. Bukan soal ini saja yang saling bertolak belakang antara saya denga para tetua keluarga. tak jarang beda pendapat ini menimbulkan konflik orangtua-anak yang sering bikin hati kesal. Dan salah satu topik hangat yang menyangkut diri saya apalagi kalau bukan soal jodoh.

Seseorang pernah bilang bahwa apa yang terjadi pada diri saya saat ini (telat jodo) adalah akibat 'kualat' karena terlalu punya pikiran yang 'mahiwal'. Mahiwal artinya menyimpang, jauh keluar dari aturan mainstream yang dianut umum. Lalu salahkah saya kalau saya menjadi pribadi yang cenderung berbeda? Dan apakah ada jaminan jika saya hidup lebih 'nurut' maka nasib saya hari ini akan sama seperti apa yang dikatakan para tukang itung itu??

Mungkin memang beginilah nasib manusia yang lahir dari kondisi 'menengah'. setengah sunda-jawa. Bukan metropolis tapi ndeso juga kagak. Di rumah konservatif, pergi keluar jadi liberal... Konflik selalu lahir manakala dua kepentingan itu bertemu. Tapi dari setiap pertentangan selalu ada proses adaptasi untuk menemukan suasana yang bisa diterima oleh si aku tapi tetap tanpa mengurangi rasa hormat pada para senior. Cara paling mudah adalah diam jangan banyak membantah namun tetap menjadi diri sendiri. Pada beberapa situasi akan sangat sulit -terutama jika berhadapan dengan prinsip pribadi- tapi itu jauh lebih baik ketimbang berlama-lama perang saudara. Bertengkar dengan orang-orang terdekat itu sangat tidak menyenangkan.

In the end, I like stay in the middle. It feels warmer than being outsider