SEVEN DEADLY SINSby MAHATMA GANDHI

WEALTH without WORK

POLITICS without PRINCIPLE

BUSINESS without MORALITY

SCIENCE without HUMANITY

PLEASURE without CONSCIENCE

KNOWLEDGE without CHARACTER

WORSHIP without SACRIFICE

** Diambil dari halaman pertama buku "Belajar TiadaHenti" oleh Alm. Cacuk Sudarijanto.


Seven Deadly Sins

by on July 19, 2007
SEVEN DEADLY SINSby MAHATMA GANDHI WEALTH without WORK POLITICS without PRINCIPLE BUSINESS without MORALITY SCIENCE without HUMANITY PLEASUR...

Minggu, 1 Juli 2007 kemarin aku dan teman-teman, Rena & Santi pesiar ke Brebes. Judul awalnya sih kepengan nengok sobat kami, Winar, yang native Brebes, yang kemarin baru saja tertimpa bencana sakit tipes.


Tapi berhubung ketika kami berkunjung nona ini sudah damang, maka judul acara kunjungan itu berubah jadi piknik plesiran ke Brebes.Kami bertiga, brangkat dari Bandung, transit dulu di Rajapolah, lalu lanjut ke Brebes dengan APV milik keluarga saudara sepupuku. Sepanjang
perjalanan Bandung-Tasik-Brebes tak hentinya melalui jalur penuh tikungan 180o, yang akan membuat mual orang yang tidak biasa pelesiran jauh melalui jalan model begitu. Contohnya saja, Rena yang memang tipe orang yang gak betah perjalan jauh, sepanjang jalan terus-terusan
mengeluh pusing. Mabok tikungan meureun.Setelah melaui jalan penuh liku itu, akhirnya kami sampai di tujuan tepat pada saat magrib.


Alhamdulillah, nyampe juga, disambut dengan hawa panas udara pesisir Brebes, yang bagi kami, orang-orang Bandung, yang biasanya kedinginan, sungguh sangat menggerahkan. Kami disambut oleh tuan rumah, neng winar, yang tampak makin begang, setelah sebulan tewas diterjang tipes.

Setelah semalam beristirahat, besoknya kami ber-6 pelesiran lagi. Ke Waduk Malahayu, yang dekat dengan lemburnya Winar. Datang ke bendungan...., nonton aer...., agaknya kurang seru kalo kukulintingan disekitar pesisir waduk. So, we decide to megarungi lautan aer, naek perahu.
Setelah tawar menawar ongkos dengan pemilik perahu, kami pun mulai perjalan mengarungi lautan aer Waduk Malahayu.

Berputar-putar mengelilingi waduk, sambil menikmati pemandangan, dan mengabadikan
suasana saat itu. Saudara sepupuku, Wawan sang Fotografer dengan Nikon D50-nya, dan aku kebagian tugas nge-syut dengan Handycam. Spanjang perjalanan mengarungi aer waduk yang tak hentinya mencandai salah seorang dari kami, Rena, yang hari itu, 2 Juli, tengah berulang tahun yang ke-26. Nona ini memang anggota genk kami yang usianya paling muda. Aku dan empat teman lain sudah 27, semtara dia baru saja 26. Memikirkan itu aku merasa sudah benar-benar tua.Wareg kukulingan di waduk, lanjut nyari tempat makan. Asiiikkk, Rena yang ulang taun mau traktir. Kami pun brenti di tempat makan yang menyajikan hidangan ikan.

Setelah pilih tempat, pilih menu, selanjutnya nunggu. Lama. Padahal perut sudah kukurubukan menta diisi, tapi makanan belum juga diantarkan. Maklumlah, kita-kita pesen gurami bakar 3, ya iya lama da kudu ikannya kudu ditewak heula terus juga kudu digarang dulu. Setelah kesel nungguan, makanan akhirnya datang juga. Karena memang sudah lapar, begitu makan
tiba, langsung sikat saja. Dan lumayan enak lho, terutama gurami saus tiram pesenanku.Santi, sang terapi naturalis, sepanjang acara makan, dan sepanjang acara pelesiran itu tak bosan bagi-bagi tips bagaimana caranya hidup lebih sehat dengan memilih makanan yang benar. Wah,
benar-benar beruntung punya teman dengan keahlian macam-macam. Bisa nyolong elmunya, gratis! Sementara Rena yang hobi makan, selalu berbagi cerita tentang dunia kuliner dan masakan-masakan yang pernah di-icipinya. Hehe, ibu yang badannya ngeusi ini, ceritanya sih pengen berat tubuhnya berkurang agak banyak. Tapi kalo cerita hidupnya dipenuhi dengan makanan enak, agaknya cita-cita luhurnya itu makinsulit diraih.

Abis makan kenyang, eh malah lupa ngasih selamat sama yang traktir sekaligus yang ultah. Hehe, maaf ya bu Ren. But by the way, Happy Birthday for you. Happy twenty six lah. Wish you happy forever. Moga-moga makin banyak rejekinya en nantinya makin sering traktir kita-kita.. hihi..Abis makan, balik ke rumah Winar. Istirahat bentar sambil siap-siap buat balik ke Bandung, sambil liat-liat foto hasil jepretan barusan. Jam setengah lima sore kami pamit pada tuan rumah.
Pada Umi, Fadli adik Winar, berterimakasih atas keramahan mereka karena sudah mau direpotkan oleh kedatangan kami yang rame ini, sambil tak lupa berjanji akan datang lagi, next time tentunya, saat pesta penikahan Winar dengan sepupuku, Wawan.


Plesiran ke Brebes

by on July 07, 2007
Minggu, 1 Juli 2007 kemarin aku dan teman-teman, Rena & Santi pesiar ke Brebes. Judul awalnya sih kepengan nengok sobat kami, Winar, yan...